[HaeSica] Way Back Into Love [Our Dreams]

Sumber: http://koreannc.wordpress.com/2012/04/09/way-back-into-love-our-dreams/

1. Author : Jung Haeri

2. Judul : Way Backt Into Love [our dreams]

3. Kategori: NC 21, Yadong, Oneshoot

4. Cast:

–          Jessica Jung

–          Lee Donghae

–          Tiffany Hwang

Annyeong, Jung Jihyun ^^ aku istrinya Kyuhyun sekaligus tunangan Donghae #abaikan. Ini FF NC pertamaku dan ini pertama kalinya berani mempublikasikannya. Maaf kalau kurang ‘hot’ soalnya masih amatiran. Tidak membutuhkan banyak komentar, hanya ingin berbagi dan semoga readers bisa menikmatinya ^^ !

***

Aku mempercepat langkahku menuju Rumah Sakit di Kota Seoul. Rintik hujan sudah mulai turun dan membasahi jaket merah muda. Aku segera berlari menuju teras Rumah Sakit. Akhirnya aku sampai di ruang ganti suster. Ku buka tas merah mudaku dan… aissh!! Aku lupa membawa seragam susterku. Untuk kembali pulang membutuhkan waktu yang lama.

——————————————————————————————

 

“Jess!” Seseorang yang sangat kukenal masuk dan berteriak memanggil namaku. Yah, dia selalu memanggil nama orang dengan satu suku kata pada nama.

 

“Tiffy, aku lupa membawa seragamku. Aku harus bagaimana?” Tanyaku gelisah.

 

“Pakai seragam Sun saja.” Tiffany melemparkanku seragam putih milik Sunny. Aku terdiam memandang seragam itu. “Sun sudah pulang, ia lupa membawa seragamnya. Kalian berdua sama-sama pelupa.”

 

“Ehh? Tapi seragam ini pasti kekecilan.” Keluhku.

 

“Aigoo~ daripada tidak ada? Sudah pakai saja! Oh ya, sekarang tugasmu membantu seorang dokter baru, namanya Dokter Dong! Dia masih baru disini.” Katanya lalu pergi.

 

Aku mengganti pakaianku dengan seragam milik Sunny. Ini benar-benar kecil dan sempit. Terlihat jelas kedua pahaku dan sedikit belahan dadaku. Kuambil map untuk menutupi dadaku sambil keluar menuju ruangan dokter baru itu. Dokter Dong?

“Permisi.” Aku membuka pintu ruangan itu dan masuk. Aku belum sempat melihat dokter baru itu karena ia duduk membelakangiku.

 

“Kau pasti suster Jess itu….” ia berbalik memutar kursinya dan… hening. “Jessica? Jadi, Jess itu Jessica?”

 

Aku terdiam. Laki-laki ini datang dan pergi secara tidak pasti dalam hidupku. Aku menelan ludah dan mengangguk. “jadi, Dong itu Donghae.” Hening…

 

Tiba-tiba seorang pasien masuk dan membakar keheningan diantara aku dan Donghae. Donghae mempersilahkan pasien itu masuk dan memeriksa pasien itu. Aku membantunya mengambilkan apa yang dibutuhkannya.

 

Aku masih diam menatap laki-laki yang pernah berlabuh di hatiku. Sekilas terbesit kenangan di masa-masa sekolah kami. Dulu aku dan Donghae adalah sepasang kekasih. Teman-teman kami menyebut kami dengan HaeSica Couple. Yahh… kami adalah pasangan yang tidak terpisahkan saat itu. Namun semuanya berakhir saat kelulusan kami. Awalnya kami sepakat akan mengambil jurusan Seni di Inha University. Kami berjanji akan terus bersama sampai lulus kuliah lalu menikah. Namun tidak tahu mengapa, Donghae pergi ke luar negeri untuk sekolah disana tanpa memberitahuku sebelumnya. Dan itu sangat menyakitiku.

 

Donghae sudah selesai memeriksa pasien. Pasien itu keluar setelah Donghae memberikan resep obat. ‘klek’ Donghae menutup pintu ruangan dan menguncinya. Tanpa komando aku langsung membereskan alat yang telah ia gunakan dan merapikan ranjang pasien. Tubuhku agak menunduk saat memungut sampah bekas suntikan di bawah ranjang. Kulirik Donghae yang tengah duduk di samping ranjang. Jakunnya naik turun, ia tengah menelan ludah. Kutepis pandanganku. Sialan! Ia pasti memperhatikan tubuhku yang terbalut seragam sempit ini.

 

Tiba-tiba ia memelukku dari belakang. Ia mengunci tubuhku dan tidak memberiku ruang untuk bergerak. Aku diam. Sungguh, 7 tahun sudah aku merindukan pelukan hangatnya. Haruskah aku membalas pelukannya? Ingin rasanya, namun rasa benciku mulai memanas dalam tubuhku. Donghae semakin mempererat pelukannya. Ia menaruh dagunya di bahuku. Sesaat aku merasa bahuku basah, Donghae menangis.

 

“Jessica, aku merindukanmu.” Katanya lirih. Ia membalik tubuhku hingga aku menghadapnya. Ia menatap mataku lembut, aku membuang muka. Tidak! Aku tidak sanggup menatap mata teduhnya. Tatapan mata yang selalu membuatku luluh. “Maafkan aku, aku tidak bermaksud meninggalkanmu. Aku hanya ingin mewujudkan impianmu, Ice Princess.”

 

Ice Princess? Ia memanggilku dengan panggilan sayangnya dulu? Nemo… ikan Nemoku. Mataku memanas, Donghae langsung mencium kedua kelopak mataku untuk menahan air mataku. Ia mengelus lembut pipiku dan membelai mesra rambutku. Perlahan ia memiring wajahnya, aku tahu ini. Aku menutup mataku dan ia mencium bibirku lembut. Sebuah ciuman cinta yang begitu dalam. Ia meraih pinggangku dan memelukku erat. Sentuhan tangannya di pinggangku membuatku menggeliat geli. Perlahan ia mulai melumat kecil bibirku. Sesekali menyedot bibir bawah dan atasku bergantian. Akupun membalas perlakuan lembutnya. Semakin lama ciuman itu mengganas. Lidah kami bertaut dan saling bertukar saliva. Tangannya sudah mulai berani menyentuh tengkuknya.

 

“hmmm ahh..” aku sedikit mendesah. Ia melepaskan bibirku dan mulai menciumi telingaku. Ia menghembuskan nafas hangatnya, menggigit dan mengecup hangat telingaku. Aku menggelinjang kegelian. “ne..nemoo…”

 

Donghae menghentikan aktifitasnya, dikecupnya keningku dan menatapku seakan meminta izin untuk melakukan lebih. Haruskah aku menolaknya? Menolak sentuh lelaki yang sangat aku rindukan? Aku tersenyum lalu mengecup pelan bibirnya. Donghae lalu mengangkat tubuhku duduk di tepi ranjang. Donghae mengelus pahaku dengan lembut, seakan tubuhku tersengat listrik. Darahku berdesir, wajahku pasti sudah memerah. Ia membenamkan kepalanya di leher. Aku mendongak memberikan ruang untuknya. Ia mencium leher jenjangku, menjilat lalu menyedotnya memberikan tanda cintanya.

 

“aaahh..uhmm..isshh..” aku mendesah pelan. Donghae semakin ganas menciumi leherku. Tangannya tidak tinggal diam, satu persatu kancing seragam yang kukenakan terbuka. Ia melepas seragamku tanpa melepas ciuman pada leherku. Tangannya bergerak ke punggungku mencari pengait bra dan dalam satu tarikan aku sudah setengah naked.

 

Setelah puas bermain dengan leherku, tangannya mulai menyentuh payudaraku. “aaaahhh.. dong..hae..” ia menyambar bibirku untuk meredam desahanku. “kita di rumah sakit, chagi..” katanya pelan lalu kembali menghisap mulutku. Tangannya meremas kedua payudaraku. Membuatku semakin mendesah dalam ciumannya. Ia memilin nippleku, dan meremas payudaraku lagi. Aku tidak mau kalah. Kubuka jas dokternya, membuka kancing kemeja dan membukanya cepat. Sesuatu menyenggol pahaku, juniornya sudah mengeras.

 

Ciumannya turun ke dadaku. Dikecupnya kedua nippleku bergantian kemudian menghisapnya lembut. “aaaahhh…ughhhh…auuuhm..”aku mendesah lagi. Donghae semakin kuat mengulum nippleku sambil meremas payudaraku yang satunya. Aku menekan kepalanya ke dadaku agar kulumannya semakin dalam. Tiba-tiba ia mendorong tubuhku ke ranjang dan ambruk di atasku. Ia lalu mengecup bibirku kemudian turun ke perutku, memberikan nafas hangatnya lagi. Geli, aku terus mendesah pelan. “aahh…nemooo… ahhh..” dengan sekali tarikan celana seragam dan celana dalamku dilepasku sekaligus. Ia mereganggkan pahaku dan kembali menghembuskan nafas hangatnya di lubang vaginaku.

 

“hummmppt… ahhh donghaeee… aaahhh!!” aku mendesah hebat lidahnya menyapu bibir vaginaku. Donghae menggigit pelan lalu mengulum vaginaku. aku merasa ingin meledak. Vaginaku berkedut-kedut dan tanganku menekan kepalanya, tidak ingin kehilangan kenikmatan ini. Ia menyedot clitorisku dan berhasil membuatku bergerak tak bisa diam. Tanganku mencengkram seprai ranjang dan…. “ahhhhh…” aku keluar, orgasme pertamaku. Ia menjilati vaginaku dan menghabiskan cairan cintaku. Ia naik ke atasku dan berbisik pelan, “sentuh aku, Ice Princess.”

 

Aku tersenyum lalu membalik posisi kami, woman on top. Aku mulai menjilati dan menghisap lehernya sambil kupilin nipplenya lembut. Donghae mengeluarkan suara desahannya. “ssiicaaaa… ahhh te..russ chagiyaaa…” aku menyentuh absnya. Aku tertawa kecil, dulu Donghae tidak punya abs seperti ini. Dulu ia kecil seperti ikan Nemo dalam film. Aku meraba absnya, menggilitik perutnya pelan. Tangannku semakin ke bawah dan menyentuh tonjolan besar. “ssiiicaaaa… ayolahh.. jangan menggodaku.” Katanya memohon.

 

Aku melepas celana panjangnya. Kulihat juniornya sudah sesak dari balik underwearnya. Aku menyentuh juniornya, ia mendesah. Aku menyambar bibirnya sambil melepas underwearnya. Kami benar-benar sudah naked. Sekilas aku menatap matanya, wajahnya sudah memerah. Aku mengerlingkan mataku saat ia meminta blow job. Juniornya sudah membesar dan menegang, urat-uratnya terlihat jelas, ia sudah sangat terangsang. Aku mulai menyentuh juniornya dengan jariku, Donghae mendesah lagi. “Si..caaa… ahhhh”

 

Ia semakin mendesah seksi saat aku meremas juniornya. Mengocoknya naik turun. Kukecup ujung juniornya dan menjilati. Aku mulai tertarik memaju mundurkan juniornya di dalam mulutku. “Ah.. cepat..lebih… cepattt…” Donghae mendesah. Donghae membantu memaju mundurkan kepalaku. Ku rasakan ada yang mau keluar dari junior Donghae. Aku ingin sekali melepaskannya, namun Donghae menahan kepalaku. “Telanlah.” Kata Donghae. Aku berusahan menelan semua spermanya, asin. Rasanya asin.

 

Tiba-tiba ia mencengkram bahuku dan menidurkan di di ranjang. Aku sudah tahu maksudnya, ia tersenyum sambil memperlihatkan mata indahnya. Mata itu…yang selalu bisa menyihirku. “Ini mungkin agak sakit jika ini yang pertama.” Katanya. Jika ini yang pertama? Apa maksudnya? Aku hanya akan melakukan hal ini dengan orang yang aku cintai, yaitu dia, Lee Donghae! Cinta pertamaku hingga saat ini.

 

Donghae mengecup bibirku lagi. Ia melebarkan pahaku dan berusaha memasukkan juniornya ke lubang vaginaku. “Akkhhh~~ sakit oppa! SAKIIITT!! “ desahku sedikit berteriak. “akkh.. ahh.. pelan-pelan saja, oppaa..” desahku lagi.

 

“iya..ya… sedikit lagi..” katanya sambil mengelus rambutku. “AKKKHHHHH……!” aku mendesah hebat sambil meremas seprai ranjang sangat kuat saat ia mendorong juniornya tiba-tiba dengan satu hentakan keras sehingga juniornya masuk sempurna ke dalam vaginaku. “sakit..!” isakku. Ia menghapus peluh yang ada di keningku dan mengecupnya lembut. Ia menanam (?) juniornya sebentar agar vaginaku terbiasa dengan benda keras itu.

 

“ssiicaa.. ini yang pertama?” ia menatapku. Aku hanya mengangguk, ia melihat ke arah vaginaku. darah, tentu saja. Aku masih perawan. Dengan pelan ia menarik juniornya dan mengambil tissue. Ia membersihkan darah yang ada di sekitar vaginaku. sungguh, ini begitu menyentuh. Ia sangat menyayangiku hingga ia tak ingin aku terluka.

 

“maafkan aku.. aku..” belum sempat ia menyelesaikan kata-katanya aku sudah menyumpal mulutnya dengan mulutku. Ini bukan saatnya menjelaskan semua. Ia terdiam dan mengerti. Ia kembali meregangkan pahaku. Aku menutup mata untuk menahan perih saat ia mencoba memasukkan juniornya lagi. Perlahan ia mulai menggerakkan juniornya.

 

“ahh.. dong..hae…akkhh.mpp..uhhh..” desahku, ia makin mempercepat gerakannya. Sensasinya sangat luar biasa. Geli, nikmat, dan rasa perihnya sudah menghilang. Donghae semakin mempercepat genjotannya. Menggesek –gesek dinding vaginaku.

 

“Ooohh…ssssh…akhhh…” desahanku semakin keras seiring bertambah cepatnya gerakan Donghae. Kurasakan sesuatu menyemprot keluar dari vaginaku. aku terkulai lemas, Donghae masih terus menggenjot dan malah semakin menyodok-nyodokan juniornya. “Arrggg~!!!” ia mendesah cukup keras dan kurasakan sesuatu yang hangat mengalir di rahimku.

 

Donghae ambruk di atasku. Juniornya masih tertanam (?) di dalam vaginaku. sejenak kami mengatur nafas, kami butuh oksigen. Ia bangkit dan berbaring di sampingku, menarik selimut pasien dengan kakinya lalu menyelimuti tubuh naked kami.

 

“Maafkan aku, Sica. Aku sudah meninggalkanmu…tapi bukan berarti…” aku langsung menangis. Aku memukul pelan dadanya sambil terisak. “wae?? Mengapa kau menangis?”

 

“Pabo!! Kau itu seorang dokter, bagaimana kau bisa lupa, hah? Kau mengeluarkan spermamu di dalam rahimku, kemungkinan besar aku bisa hamil karena ini masa suburku, Lee Donghae.” Aku menangis, ia menarik pelan kepalaku dan meletakkan di dadanya.

 

“Kau masih saja seperti dulu, kau selalu berpikir segala sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Itulah sebabnya aku pergi sekolah keluar negeri.” Katanya. Aku menatap mata, tatapannya tulus. Donghaeku memang tidak bisa berbohong, aku selalu ingat kebiasaanya jika ia berani berbohong.

 

“Sejak sekolah kau selalu bilang kau ingin menikah denganku, mempunyai rumah sederhana dan mobil mini untuk keluarga kita. Aku berpikir jika aku tetap disini, akan sangat sulit mewujudkan impianmu. Karena itulah…” ia menarik nafas lalu menghembuskannya di telingaku “aku pergi dan kembali membawa impianmu, impian kita. Aku melakukan ini karena aku mencintaimu. Tenang saja, aku akan segera melamarmu. Kau tidak perlu khawatir jika nanti kau hamil.”

 

Ya Tuhan! Ternyata selama ini memikirkanku, memikirkan impianku. Bukan, bukan impianku, tapi impian kami! Dia sangat menyayangiku. Aku kembali menangis haru dalam peluknya. Ia mengelus kepalaku dan mengecup ubun-ubun kepalaku, ahh..ini titik ransangku. Aku akan selalu menurut jika ia menyentuh ubun-ubunku.

 

“berjanjilah kau tidak akan meninggalkanku lagi.” Kataku sambil mengencangkan pelukan.

 

“aku berjanji. I give my first love to you, and you’re my last love.” Katanya lembut.

 

END

 

Hahahaha… lumayankah? Maklum masih pemula. Mian kalo gak hot ^^

18 thoughts on “[HaeSica] Way Back Into Love [Our Dreams]

  1. thor, bisa bikin ff yadongnya haefany gak? masa haesica mulu, bosen nih.. hehe
    kalau bia banyakin yaw, coz susah bgt nyari ff haefany yang yadong, ntar aku promote page nya deh.. oke oke 🙂

  2. crita yg haru. prg utk wjdkn impian haesican di RS tkdir ktmukn mrk. wow q sk bgt HaeSica chemistri mrk sll dpt sprt JeTi. utk NCny sprti first night mrk👍👍

Leave a reply to maretnohadi Cancel reply